Oleh Umi Lia
Member Akademi Menulis Kreatif
Kabar duka menyeliimuti dunia pendidikan negeri ini. Hal tersebut disebabkan oleh maraknya kasus bunuh diri yang dilakukan oleh mahasiswa di beberapa kampus seperti: UGM, Unpad, IPB, serta perguruan tinggi lainnya. Untuk itu universitas negeri yang ada di Jogjakarta berupaya mencegah dan meminimalisasi kasus ini dengan mendirikan Unit Layanan Kesehatan Mental, yang nantinya akan melakukan screening atau penyaringan ketika mereka mengisi KRS (Kartu Rencana Studi) dan menghimbau untuk mau dan berani share kondisi mentalnya. Tujuannya agar universitas, fakultas, sekolah atau unit kerja dapat segera melakukan bantuan atau intervensi untuk mencegah terjadinya kasus serupa. (KumparanNews, 13/8/2024)
Fenomena bunuh diri terus meningkat di banyak negara termasuk di Indonesia. Berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI, ada 971 kasus sepanjang periode Januari-Oktober 2023. Sementara di dunia WHO (World Health Organization) dan International Association of Suicide Prevention (IASP) mencatat bahwa setiap tahunnya lebih dari satu juta orang nekad mengakhiri hidupnya.
Fakta ini sungguh menyesakkan dada. Namun suicide obsession (kecenderungan ingin bunuh diri) akhir-akhir ini justru banyak melanda kalangan mahasiswa. Lalu yang menjadi pertanyaan apa penyebab seseorang ingin mengakhiri hidupnya? Menurut ahli jiwa penyebabnya ada empat. Pertama, merasa tidak punya harapan atau hopeless atas hidupnya. Kedua, munculnya perasaan sedih dan moody yang ekstrem. Ketiga, adanya masalah tidur yang merupakan salah satu media otak untuk memperbaiki kerusakan dan melancarkan fungsi. Keempat, menganggap diri terisolasi dan jadi orang yang “paling sial”. Dari keempat faktor ini yang paling kuat dorongannya adalah poin yang pertama.
Sementara itu hopeless disebabkan oleh keringnya spiritualitas yang banyak dialami manusia modern saat ini. Kehidupan yang hedonistis, konsumeristis, materialistis dan sekularistis yang jauh dari nilai-nilai agama, memicu munculnya perasaan terasing (teralienasi). Sehingga akhirnya ingin bunuh diri ketika merasa tidak mampu mengatasinya. Padahal pendidikan tinggi seharusnya mencetak generasi yang kuat menghadapi hidup dengan bekal ilmu yang dimilikinya, namun yang terbentuk justru individu bermental rapuh dan selalu berada di bawah tekanan.
Jika ditarik ke belakang, mental yang demikian menunjukkan bahwa sistem pendidikan yang ada saat ini membuat generasi tidak memiliki prinsip hidup yang kuat. Akhirnya mereka tidak mampu berpikir benar dalam menentukan tujuan hidup dan capaian tertinggi sebagai seorang manusia. Mereka kehilangan arah dan lelah dalam menjalani kehidupan yang berorientasi pada materi. Pendidikan berasaskan sekuler kapitalis, telah memisahkan agama dari kehidupan dan berhasil membunuh potensi besar mahasiswa sebagai makhluk intelektual.
Agama yang seharusnya dijadikan sebagai fondasi berpikir justru dihilangkan dan dianggap sebagai kebutuhan pribadi. Parahnya mahasiswa juga ditakut-takuti agar tidak mengikuti kajian Islam kaffah di luar jam mata kuliah karena dianggap radikal. Sementara di perkuliahan mereka dijenuhkan dengan orientasi materi yang tidak bertepi. Alhasil kondisi kejiwaan pun rapuh secara perlahan. Karena tuntutan hidup yang begitu keras, ayah dan ibu terpaksa harus bekerja hingga anak-anak kehilangan sosok orangtuanya. Pola asuh yang motherless dan fatherless ini menyebabkan lemahnya mental anak.
Kehidupan sekuler bertolak belakang dengan kehidupan Islam. Allah Swt. sebagai pencipta manusia sejatinya sudah menetapkan bahwa orang berilmu merekalah orang yang bertakwa. Melaksanakan semua perintah dan menjauhi laranganNya. Bunuh diri ini dilarang, dalilnya ada dalam QS an-Nisa ayat 29:
“… Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh Allah Maha Penyayang kepadamu.”
Maka seharusnya pendidikan ini bisa mencetak generasi yang berkepribadian Islam, kuat hati dan mentalnya serta hidup dengan penuh optimis. Syekh Taqiudin an-Nabhani dalam kitabnya Muqadimah dustur pasal 167 menjelaskan bahwa target dalam mendidik generasi adalah membentuk kepribadian Islam dan membekali dengan ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kehidupan. Metodenya dirancang untuk merealisasikan tujuan tersebut.
Selain ketakwaan pribadi, negara juga akan memberi perlindungan terhadap nyawa manusia dengan bermacam cara. Misalnya, negara menjamin kebutuhan kolektif masyarakat dan memastikan rakyat terpenuhi kebutuhan asasinya. Keadaan ini akan meminimalisasi terjadinya stres khususnya pada para mahasiswa. Karena kebijakan ekonomi yang diterapkan bisa membuka lapangan kerja, kondusif untuk memulai usaha, riba dan judi dilarang dan lain-lain. Sementara untuk pendidikan, kesehatan dan keamanan yang sekarang mahal, bisa digratiskan untuk seluruh warga.
Selain itu untuk menjaga fitrahnya dari paparan pemikiran asing yang merusak akan diseleksi semua konten informasi sebelum sampai ke tengah umat. Jika konten itu berbau kehidupan hedonistik, materialistis dan liberalis maka akan dilarang masuk. Kemudian negara juga akan mengedukasi masyarakat terkait pergaulan yang sesuai Islam. Sehingga akan tercipta suasana kehidupan masyarakat yang kental dengan nuansa iman dan ibadah.
Perguruan tinggi dalam sistem Islam, merupakan pendidikan yang sistematis setelah jenjang sekolah sebelumnya terlewati sehingga kualitas kepribadian mahasiswa sudah mendekati sempurna. Karena itu seharusnya mereka bisa menjadi pemimpin dalam memantau dan mengatasi masalah-masalah krusial di masyarakat dengan keahliannya masing-masing. Demikianlah tujuan kuliah yang akan jadi motivasi generasi dalam mencari ilmu yaitu jadi orang yang mulia, bertakwa, berilmu dan berguna untuk kemaslahatan agama dan seluruh umat. Pemahaman agama senantiasa dikaitkan dalam kehidupan. Tujuan manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah melekat kuat di benak-benak para peserta didik sehingga mereka akan senantiasa disibukkan untuk melakukan fastabiqul khairat (berlomba dalam kebaikan) dengan ilmu yang dimilikinya. Sungguh mulia sekali bukan? Hanya saja keadaan seperti itu bisa terwujud jika Khilafah Islamiyah kembali tegak di tengah umat.
Wallahu a’lam bish shawab.