Opini

Bunuh Diri Marak, Siapa yang Salah?

104
×

Bunuh Diri Marak, Siapa yang Salah?

Sebarkan artikel ini

Oleh: Endah Nursari

Belakangan ini bunuh diri dianggap solusi keluar dari permasalahan hidup. Dulu kita mengenal Korea Selatan dan Jepang sebagai negara yang memiliki angka bunuh diri tinggi. Kini, Indonesia memiliki jejak kelam perihal kasus bunuh diri. Data Pusat Informasi Kriminal Indonesia (Pusiknas) Polri mencatat terdapat 451 kasus bunuh diri pada periode Januari-Mei 2023. Jika dirata-ratakan ada 3 orang bunuh diri setiap harinya. Secara nasional, Provinsi Bali menduduki peringkat pertama angka bunuh diri. Data Pusiknas Polri menyebutkan angka bunuh diri di Bali mencapai 135 kasus sepanjang 2023.

Peningkatan angka bunuh diri sesungguhnya menggambarkan betapa buruknya mental masyarakat yang terbentuk. Mental yang lemah menandakan bahwa masyarakat kita tidak cukup kuat menghadapi tantangan dan ujian hidup. Munculnya masalah kesehatan mental merupakan faktor internal yang dipengaruhi cara pandang tertentu. Ini karena cara pandang sekuler yang menjauhkan agama dari kehidupan.

Imbas dari sistem sekular banyak masyarakat yang mengalami krisis identitas sebagai seorang hamba serta krisis keimanan yang membuat seseorang mudah goyah, gampang tersulut emosi, nafsu sesaat hingga pikiran yang kalut. Tren bunuh diri juga dipengaruhi faktor lainnya.

Ideologi kapitalisme memandang kehidupan berjalan dengan visi hidup materialistis. Standar kebahagiaan diukur dengan kepemilikan materi semata. Kemuliaan, kemapanan hidup juga dengan segala sesuatu yang bersifat fisik, seperti jabatan, harta, kedudukan, dan kemewahan. Tidak ayal, pandangan ini mendorong seseorang mencapai segala sesuatu yang bersifat materi juga dengan segala cara. Tidak mempedulikan halal dan haram.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *