Oleh: Ummu Nazba
Viral video Tiktok di media sosial aksi bullying yang terjadi terhadap anak di bawah umur di Bandung, kemudian dibagikan melalui akun X atau Twitter. Menurut laporan yang diterima dari Polrestabes Bandung, peristiwa penganiayaan yang terjadi kepada anak di bawah umur tersebut terjadi di pinggir jalan di Kirang Bandung, Jawa Barat. Si korban ini diketahui berstatus pelajar, berjenis kelamin laki-laki yang berinisial BNS (14) tinggal di lokasi perundungan.
Pada saat melakukan aksinya, remaja asal Bandung ini sambil live Tiktok. Ia juga mengaku sebagai saudara salah satu jenderal TNI. Dalam video yang beredar, tampak korban sedang tidur dan didatangi oleh orang yang tidak dikenal. Tiba-tiba ditanyai bahwa dia merupakan anggota geng XTC atau bukan. (Kompas, 27/04/2024)
Ia juga meminta korban untuk membuka aplikasi Whatsapp. Karena korban tidak tahu, maka pelaku langsung menendang dan memukul menggunakan botol kaca. Ia juga mengancam memakai senjata tajam berupa pisau yang disiapkan secara Live di media sosial Tiktok. Setelah video viral, ia melakukan live untuk kedua kalinya dan mengaku bahwa ia punya saudara seorang jenderal TNI.
Saat ini Polres Bandung sedang melakukan upaya penangkapan. Sementara markas besar TNI Angkatan Darat menegaskan bahwa pelaku perundungan atau bullying itu dipastikan bukan keponakan dari Mayjen TNI Rifki Nawawi. (Tribun News, 27/4/2024).
Menyikapi dari berbagai fakta, bahwa perundungan itu tetap tindakan kejahatan. Akan tetapi apabila perundungan dilakukan secara terbuka, bahkan dilakukan secara live, ini jelas menggambarkan bahwa kejahatan tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang buruk, dan dianggap sesuatu hal yang wajar, lucu bahkan keren menurut mereka.
Bukan hal aneh jika para pelaku bullying justru membanggakan dirinya sehingga merasa perlu untuk diviralkan di media sosial. Pelaku-pelaku seperti ini sudah terbiasa melakukan tindakan kejahatan dan keluar masuk dalam penjara. Sebagai akibat hukuman yang diberikan tidak memberi jera kepada pelaku. Karena itu, pada saat yang sama bullying akan makin marak terjadi di kalangan remaja.
Perilaku perundungan ini adalah buah busuk akibat arah pandang serba bebas dan serba boleh. Semua tidak terlepas dari sistem busuk sekularisme yang menjadikan manusia bebas dalam berbuat dan standar kehidupan sangat jauh dari peraturan Islam.
Bukan tanpa alasan, bullying disebabkan oleh berbagai faktor. Yaitu kurangnya pemahaman individu terhadap Islam, rapuhnya sebuah keluarga, sistem pendidikan yang rusak. Ditambah lagi masyarakat jauh dari kepedulian secara keseluruhan untuk berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Serta kebebasan pengguna media sosial, aparat yang kurang perhatian, serta peraturan sanksi yang tidak tegas.
Sementara itu, generasi jauh dari perlindungan keamanan hidup, sehingga standar kehidupan manusia hari ini bersifat semu dan palsu. Sistem kapitalisme sudah mengambil atau merenggut standar kehidupan manusia secara hakiki dan membuat para generasi terpuruk dalam lubang kemaksiatan.