OpiniOpini

Bukan Sekadar Maulid Nabi ﷺ

178
×

Bukan Sekadar Maulid Nabi ﷺ

Sebarkan artikel ini

Oleh Sri Rahayu Lesmanawaty (Aktivis Muslimah Peduli Generasi)

لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِىۡ رَسُوۡلِ اللّٰهِ اُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنۡ كَانَ يَرۡجُوا اللّٰهَ وَالۡيَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيۡرًا ؕ‏

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al Ahzab [33]: 21).

12 Rabiul Awal merupakan tanggal bersejarah bagi umat Islam di seluruh dunia, karena pada tanggal cantik tersebut terlahir seorang rasul yang membawa risalah mulia, Islam. Beliau adalah Nabi Besar Muhammad ﷺ. Beliau adalah nabi terakhir (khataman nabiyin) yang diutus Allah SWT. untuk memperbaiki akhlak manusia.

Realitanya, setiap tanggal 12 Rabiul Awal pada hakekatnya sebagai upaya mengingat kembali hari kelahiran dan sejarah hidup nabi ﷺ, meningkatkan komitmen memegang teguh ajarannya dan menjadikan beliau sebagai figur teladan utama bagi kaum muslimin khususnya dan setiap manusia pada umumnya, hampir seluruh umatnya mengingat kembali peristiwa tersebut.

Dalam momentum tersebut, kita dibawa dalam sebuah kisah. Flash back to a real story tentang Nabi ﷺ yang lahir bertepatan dengan Pasukan Gajah Raja Abrahah yang dipimpin oleh Panglima Abu Rughal menyerang kota Makkah. Saat itu, mereka ingin menghancurkan Ka’bah, namun gagal diluluhlantakkan oleh makhluk kecil, Ababil, burung kecil yang dianggap lemah atas perintah Allah Ta’ala. Burung-burung tersebut menghujani mereka dengan batu kecil panas yang berpijar.

Subhanallah dalam peristiwa tersebut dikisahkan bahwa saat Rasulullah ﷺ lahir, api yang menyala ratusan tahun, api sembahan kaum Majusi, tiba-tiba padam. Selain itu berbagai peristiwa lainnya pun menyertai memberi signal bahwa sinar fajar kehidupan dan kejayaan Islam akan tiba.

Everything is Gonna be Alright if You on Track

Allah Swt. berfirman,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Katakanlah, ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian,’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Ali Imran: 31).

Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’ân al-‘Azhīm menyatakan bahwa ayat yang mulia ini menilai setiap orang yang mengakui dirinya cinta kepada Allah, sedangkan sepak terjangnya bukan pada jalan yang telah dirintis oleh Nabi Muhammad ﷺ, maka sesungguhnya ia adalah orang yang dusta dalam pengakuannya sebelum ia mengikuti syariat Nabi  ﷺ dan agama yang dibawanya dalam semua ucapan dan perbuatannya.

Oleh karena itu jika kita on the track di jalan Nabi ﷺ tentu kita akan baik-baik saja. Negeri ini baik-baik saja. Dunia ini baik-baik saja. Ittiba’ kita kepada Nabi ﷺ adalah bukti cinta kita kepada Allah.

Dengan ittiba’ kepada Nabi ﷺ  meniscayakan kita untuk meneladani beliau dalam seluruh aspek kehidupan. Tanpa terkecuali.

Perlu difahami bersama, bahwa Meneladan beliau tidak cukup hanya membatasi pada pribadi beliau sebagai manusia yang memiliki akhlak yang mulia, atau dalam kehidupan keluarga beliau. Namun, mengikuti Nabi dalam semua aktivitas beliau, termasuk dakwah beliau.

Meneladani dakwah Nabi selain dari sisi kesabaran dan istiqomah, yang perlu diperhatikan adalah target yang harus diraih dalam dakwah dan thariqah beliau dalam berdakwah untuk meraih tujuan tersebut. Dakwah on the track harus diikuti tanpa membelot sedikutpun dari arah yang telah dilakukan beliau pada masanya.

Sungguh real dakwah Nabi ﷺ tidaklah hanya sebatas memperbaiki akhlak. Dakwah beliau on the track untuk melangsungkan kehidupan Islam dalam sebuah daulah atau negara Islam.

Saat itu, sebagai pembawa risalah-Nya Nabi ﷺ juga sebagai kepala negara, memimpin perang, mengirim para utusan ke berbagai negeri, mengangkat para wali dan amil, juga sebagai al-hakim yang memutuskan perkara di antara manusia berdasarkan wahyu.

Apa yang dilakukan beliau diteruskan oleh para sahabat sepeninggal beliau, yakni melangsungkan kehidupan Islam dan mengemban dakwah ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad dalam institusi yang bernama Khilafah sebagai pengganti kepemimpinan Nabi dalam mengatur manusia dengan syariat Islam. Track yang tak menyelisihi jalan Rasulullah Track yang berkonsep sangat jelas. Konsep bernegara yang harus diikuti oleh umat Islam hari ini. Konsep yang menghantarkan pada kejayaan Islam sampai hampir 14 abad lamanya. Everything gonna be alright.

Demikianlah yang terjadi karena track Nabi diikuti tanpa basa-basi. Tanpa nanti namun direalisasi.

Tak Hanya Sekadar Pesta Hari Lahir

Mengingat kelahiran Nabi ﷺ butuh effort untuk memfokuskan pada sosok manusia yang paling berjasa dalam terwujudnya hidup dalam peradaban yang cemerlang. Butuh iqna untuk menjadikan Beliau ﷺ sebagai satu-satunya sosok dengan keteladanan terbaik dalam mengisi ruang dan relung kehidupan. Pada diri Rasulullah ﷺ terdapat suri teladan dalam berkeluarga, dalam memimpin masyarakat dan negara, juga dalam ragam aspek kehidupan lainnya. Beliau ﷺ bagaikan sinar terang terindah yang menerangi kegelapan hidup manusia. Mengangkat dari jurang kebodohan. Dari sisi manapun beliau ﷺ memancarkan kilauan cahaya yang menakjubkan.

Beliau, Nabi ﷺ adalah manusia dengan akhlak terbaik. Aisyah ra. menyebut akhlak beliau ﷺ adalah Al-Qur’an. Aisyah ra. juga berkata,

Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling mulia akhlaknya. Tidak pernah berlaku keji. Tidak mengucapkan kata-kata kotor. Tidak berbuat gaduh di pasar. Tidak pernah membalas dengan kejelekan serupa. Akan tetapi, beliau pemaaf dan pengampun.” (HR Ahmad).

Keagungan sosok manusia termulia ini pun diakui dunia Barat. Dr. Michael H. Hart, penulis buku The 100, A Ranking of The Most Influential Person in History, menulis, “Pilihanku untuk menempatkan Muhammad di urutan pertama dalam daftar orang yang paling penting dalam sejarah mungkin akan mengejutkan pembaca. Namun, dialah satu-satunya manusia dalam sejarah yang merengkuh keberhasilan tertinggi dalam bidang agama dan dunia. Dia adalah satu-satunya yang telah menyelesaikan pesan agama dengan sempurna, menggariskan aturan-aturannya dan diimani oleh seluruh bangsa ketika dia hidup. Selain agama, dia juga mendirikan negara sebagai media menyatukan suku-suku dalam satu bangsa, menyatukan bangsa-bangsa dalam satu negara dan meletakkan dasar-dasar kehidupan agama. Dialah yang memulai misi agama dan dunia serta menyempurnakannya.”

Sir George Bernard Shaw, (26 July 1856—2 November 1950), Tokoh Irlandia, Pendiri London School of Economics, juga berkomentar, “Saya yakin, apabila orang semacam Muhammad memegang kekuasaan tunggal di dunia modern ini, dia akan berhasil mengatasi segala permasalahan sedemikian rupa hingga membawa kedamaian dan kebahagiaan yang dibutuhkan dunia.”

Thomas Carlyle (4 December 1795—5 February 1881), penulis besar dari Skotlandia, pun bertutur, “Kebohongan yang dipropagandakan kaum Barat yang diselimutkan kepada orang ini (Muhammad) hanyalah mempermalukan diri kita sendiri. Sosok jiwa besar yang tenang, seorang yang mau tidak mau harus dijunjung tinggi. Dia diciptakan untuk menerangi dunia. Begitulah perintah Sang Pencipta Dunia. (Thomas Carlyle, On Heroes, Hero-Worship, & the Heroic in History).

Orientalis Prancis Andre Srfait berkata, “Nabi ini tidak berbicara tentang perempuan, kecuali dalam kebaikan dan kesantunan. Selalu berusaha memperbaiki nasib hidup perempuan. Sebelumnya, perempuan tidak berhak menerima warisan, bahkan mereka dipandang sebagai properti yang bisa diwariskan. Seolah-olah mereka adalah harta dan budak. Lalu Nabi mengubah situasi ini dan memberikan perempuan hak waris. Muhammad telah membebaskan perempuan Arab. Siapa yang ingin menyelidiki perhatian Nabi terhadap perempuan, silakan membaca khotbahnya di Makkah, yang berpesan supaya berbuat baik kepada perempuan. Bacalah hadis-hadisnya yang banyak.”

Demikianlah, ungkapan beberapa ahli Barat di atas bukanlah dongeng semata. Bukan karangan pelipur lara. Namun semua itu merupakan kisah nyata yang ditangkap mata Barat terkait keagungan Beliau ﷺ. Sehingga dengan mengingat peristiwa maulid Nabi ﷺ, maka bukan semata pesta pora. Namun seharusnya menjadi spirit untuk mengembalikan kembali kejayaan Islam yang pernah dimiliki.

Tuluskah Mencintai Nabi Saw.?

Banyak dari umat ini yang begitu antusias dengan perayaan kelahiran Nabi Muhammad  ﷺ, tetapi pada saat yang sama, sebagian dari mereka—khususnya para penguasanya—sering tidak berbeda sikapnya dengan Abu Lahab. Mereka mengabaikan Al-Qur’an yang dibawa oleh Nabi ﷺ. Mencampakkan, dan menolak hukum-hukumnya dengan berbagai alasan. Bahkan mereka menentang sebagian ajaran dan syariatnya.

Bukankah demi Al-Qur’an, syariat, dan hukum-hukumnya, Nabi Muhammad ﷺ  dilahirkan dan diutus? Tuluskah kita mencintai Rasulullah ﷺ?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *