Oleh: Eka Susanti
“Tidak akan ada harapan bagi Palestina jika para penguasa hanya sibuk berdialog saja.”
Indonesia tidak pernah terlepas dari jasa Palestina sebagai negara yang terikat akan rasa kemanusiaannya. Namun saat ini di tengah kelanjutan tekanan Zion*st, Palestina belum mencapai kebebasan yang sebenar-benarnya, karena kebanyakan pemimpin dunia saat ini sibuk akan kepentingannya masing-masing. Adapun yang membela dan dan mendukung Palestina, itupun hanya sampai sebatas kecaman, diplomasi dan kata-kata belaka tanpa ada wujud nyata. Seperti halnya beberapa waktu lalu dari beberapa liputan berita diramaikan dengan ucapan salah seorang petinggi wanita ketua DPR RI Puan Maharani menyampaikan “jadi semua event internasional dan konferensi internasional posisi Indonesia itu jelas bahwa kita tetap berusaha mendorong (perdamaian) melalui pemerintah, melaui diplomasi parlemen, melalui semua keputusan yang Indonesia ambil” ungkapannya di sela perhelatan IAPF Nusa Dua, di Bali pada laman berita (Kabar 24.com, 01/09/2024). Pada liputan lainnya juga menyebutkan jika Puan menyampaikan “Demikian pula, merupakan pilihan, apakah kita akan mendorong kerja sama yang saling menguntungkan dan bukan zero-sum approach, atau memperkuat multilateralisme dan bukan melakukan kebijakan unilateral. (tvOneNews.com, 01/09/2024).
Pada ungkapan-ungkapan tersebut tentu sebagian masyarakat Indonesia ada yang mendukung dan ada pula yang ingin mengkritisi. Jika kita memahami dan melihat secara luas ke belakang dari awal sejarah penjajahan Israel pada Palestina ini sudah lama terjadi sejak 29 Agustus 1897 (Wikipedia.com). Namun pertanyaannya mengapa hal ini tidak pernah usai? Bahkan kini setelah wilayah Palestina telah dibabat habis rata, para petinggi-petinggi ini hanya bersuara dan bersuara saja, nyatanya kematian di sana terus menjemput saudara-saudara kita. Dalam hal ini tentu kita perlu sadar akan sebuah motif dibalik seruan-seruan mereka (para penguasa hari ini), apakah benar-benar merealisasikan suaranya tersebut atau hanya sebagai tampilan luar yang mengcoveri bagian isi dalam yang sebenarnya?
Di atas sistem demokrasi-kapitalisme sekarang apakah hal yang lebih besar di wilayah Palestina saat ini benar-benar akan terselamatkan? Ketika para penguasa sibuk mengurus keuntungan demi keuntungan sedangkan rakyatnya juga banyak yang terabaikan dan diperas. Bukan tentara yang dikirimkan, justru gerakan diplomasi yang diusungkan, apakah wajar bila kekerasan dan peperangan yang tidak manusiawi harus di bawa ke kursi dialog keuntungan? Sungguh kesialan akan semakin menimpa para penguasa, karena sejatinya ketakutan dunia hari ini adalah keluar dari zona kapitalis dan adidaya Amerika sebagai antek dari Zioni*t itu sendiri. Faktanya Netanyahu (pemimpin Israel) itu pun masih dengan leluasa menyuarakan kebiadabannya itu, apakah benar diplomasi dan segala kecaman berpengaruh besar hingga saat ini? Tentu jika kita perhatikan belum ada pengaruh yang besar sama sekali. Karena sekat-sekat Nasiolisme negara saat ini sudah menjadi penghambat bagi seluruh umat manusia untuk membantu Palestina dengan nyata. Maka bisa saja dikatakan bahwa ungkapan mereka hanya seakan sebuah drama saja. Karena masyarakat Palestina pun telah menyatakan bahwa mereka sedang berjuang sendiri, dan hanya Allah Swt sebaik-baik pelindung, tidak ada yang bisa diharapkan dari dunia ini. Miris memang, disaat mereka teriak kesakitan, dunia sibuk untuk menjaga wilayahnya masing-masing.
Kapitalisme sudah menjadi aturan yang dianut dunia saat ini, dan tidak menjadi rahasia lagi ketika pemerintah kita juga masih sibuk dengan meraih keuntungan hidupnya dan bahkan banyak dari rakyatnya sendiri yang tertindas, terlebih jika dalam ranah internasional seperti ini tetap saja mereka akan mencari hal-hal yang saling menguntungkan tanpa melihat halal-haram dan petunjuk Allah Swt. Pastinya hanya akan berdasarkan pada nafsu dan akal manusia semata dan bersifat pragmatis. Urusan palestina juga tidak akan pernah mencapai solusi yang hakiki juga tidak pernah mencapai sebuah keadilan dan pasti akan selalu ada ketimpangan yang terjadi pada mereka jika kita hanya bergantung pada para penguasa zholim saat ini yang mengabaikan perintah Allah Swt.
Dalam memahami solusi hakiki untuk palestina sendiri yang bisa kita lakukan saat ini adalah mempelajari, mendalami dan memahami bahwa solusi dari Islam yakni diperlukannya sebuah Negara Islam (Khilafah). Terlebih sebagai umat Islam sendiri kita seharusnya tidak menolak mentah-mentah ide yang dibawakan oleh Nabi kita Muhammad Saw dahulu dengan mendirikan negara Islam (Khilafah) tanpa mempelajari dan memahami apa tujuan beliau dalam membentuk sebuah negara Islam. Terlebih bahwa Islam yang disebut sebagai rahmatan lil’alamiin (Rahmat bagi seluruh alam semesta). Mengapa tidak kita banggakan dan pahami makna tersebut sebagai kesadaran dan kekuatan umat hari ini?