Opini

BERHARAP BBM MURAH DALAM KAPITALISME, HANYA MIMPI BAGI RAKYAT

124
×

BERHARAP BBM MURAH DALAM KAPITALISME, HANYA MIMPI BAGI RAKYAT

Sebarkan artikel ini

Oleh : Kiki Ariyanti

Di tengah kehidupan yang serba sulit ini dimana beban hidup rakyat semakin berat, sungguh tega pemerintah akhirnya menaikkan kembali harga BBM non subsidi.

Dilansir dari CnbcIndonesia..com 10 Agustus 2024. Pertamina kembali melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi jenis Pertamax (RON92) yang berlaku efektif mulai 10 Agustus 2024.
“PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) Umum dalam rangka mengimplementasikan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022 sebagai perubahan atas Kepmen No. 62 K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum,” bunyi pengumuman Pertamina, Jumat (9/8/2024).

Kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM adalah sebuah bentuk kezaliman. Hari ini dengan banyaknya problematika di tengah-tengah kehidupan rakyat seperti sulitnya lapangan pekerjaan, angka pengangguran dan kemiskinan yang naik belum lagi harga kebutuhan pokok juga terus naik. Maka kenaikan harga BBM jelas semakin meningkatkan biaya hidup masyarakat.

Mungkin kenaikan harga BBM tiada artinya bagi mereka para pengusaha, penguasa atau mereka yang dari golongan menengah ke atas tapi bagaimana dengan masyarakat yang dari golongan menengah ke bawah? Seperti para pengguna roda dua, para sopir angkot, tukang ojek dan lain-lain. Dengan penghasilan yang pas-pasan bahkan minim mereka ratusan juta orang menggunakan BBM untuk kebutuhan sehari-hari dan kini harga BBM kembali naik. Meskipun BBM yang naik jenis pertamax tapi tetap saja nantinya akan berimbas pada perekonomian rakyat.

Sungguh miris melihat kondisi kehidupan rakyat hari ini. Padahal negara kita merupakan salah satu negara yang terkenal dengan sumber daya alam migas yang begitu besar. Tambang migas dimana-mana namun sayangnya semua itu tidak mampu mengimbangi kebutuhan rakyatnya. Berharap mendapatkan hasil migas murah hanyalah mimpi bagi rakyat.

Persoalan naiknya BBM non subsidi sebenarnya merupakan buah dari penerapan sistem kapitalisme. Sebuah sistem yang aturannya berasal dari manusia. Dimana manusia yang fitrahnya lemah dan terbatas harus mengurusi hajat hidup orang banyak. Maka kerusakanlah yang terjadi dimana-mana. Akhirnya sistem ini mengubah peran negara yang semestinya menjadi pelayan umat kini negara hanya bertugas sebagai regulator semata.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *