Oleh Sri Rahayu Lesmanawaty (Aktivis Muslimah Peduli Generasi)
Allah berfirman Al-Qur’an surat At Taubah ayat 65,
وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ لَيَقُوْلُنَّ اِنَّمَا كُنَّا نَخُوْضُ وَنَلْعَبُۗ قُلْ اَبِاللّٰهِ وَاٰيٰتِهٖ وَرَسُوْلِهٖ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِءُوْنَ
“Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, mereka pasti akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah, “Apakah terhadap Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”.
Subhanallah, ayat ini adalah peringatan. Peringatan agar tak menyepelekan perilaku. Peringatan agar tak semena-mena dalam berbuat.
Belum lama, telah viral sebuah kisah yang cukup membuat jagad raya ini ramai. Bagaimana tidak, seseorang yang dianggap guru umat, yang dianggap ulama, telah melontarkan kata-kata yang selayaknya tidak perlu keluar dari lisannya. Namun, sayang beribu sayang, bagai pisau menghunus dada, kata itu telah menembus sanubari manusia. Dengan alasan hanya bercanda, permintaan maaf pun disiarkan di media.
Memang, manusia, sekalipun dia dianggap ulama, bisa saja khilaf dalam perbuatannya karena dia bukan malaikat bukan pula seorang nabi. Namun, bisa kah perbuatan ini ditolerir dengan tetapnya perbuatan tersebut di kemudian hari? Tentu tidak. Islam tidak memperkenankan perilaku manusia slebor sesukanya. Berbicara tanpa rem yang jelas. Berbuat tanpa batas yang tegas.
Bercanda Jangan Menyakiti
Sesungguhnya bercanda (Al mizaah) bisa menjadi hiburan dan obat mujarab untuk menghilangkan tekanan. Sayangnya, saat ini seringkali bercanda dilakukan sampai melewati batas, bahkan terkesan membuat seseorang menyakiti orang yang lainnya.
Dalam Islam, bercanda merupakan hal yang boleh saja dilakukan. Rasulullah Saw. pun pernah melakukannya. Dalam beberapa riwayat hadits, disebutkan bahwa Rasulullah beberapa kali bercanda dengan istri, keluarga, dan para sahabatnya.
Diriwayatkan dari Al-Hasan RA, dia berkata, seorang nenek tua mendatangi Nabi SAW. Nenek itu berkata,
”Wahai Rasulullah! Berdoalah kepada Allah agar Dia memasukkanku ke dalam surga!’ Nabi pun menjawab: ”Sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh nenek tua.” Nenek tua itu pun pergi sambil menangis. Nabi berkata, “Kabarkanlah kepadanya bahwa wanita tersebut tidak akan masuk surga dalam keadaan seperti nenek tua.” Rasulullah lalu membaca Surat Al Waqi’ah ayat 36-37,
فَجَعَلۡنٰهُنَّ اَبۡكَارًاۙ ٣٦ عُرُبًا اَتۡرَابًاۙ ٣٧
“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari itu) secara langsung. Lalu Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Yang penuh cinta lagi sebaya umurnya.”
Nash ini telah menunjukkan bahwa Rasulullah Saw. telah memberikan teladan ketika bersenda gurau. Beberapa adab sangat diperhatikan agar candaan ini bisa menuai pahala dan keberkahan, bukan malah menyakiti diri dan hati seseorang. Bercanda boleh saja dilakukan, Islam tidak melarang. Namun bercanda bukanlah perilaku bebas yang membuat orang lain lemas tersentak merasa terhina dan dihinakan.
Sekularisme Biang Bebasnya Berkata-kata
Sejatinya bercanda itu mubah. Hanya saja, canda yang diperbolehkan adalah yang bersih dari segala sesuatu yang dilarang agama sebagaimana perkataan Imam Ibnu Hajar Al Asqalani.