Oleh: Santi Villoresi
Terjadi bencana di sejumlah wilayah di Kabupaten Sukabumi akibat hujan deras yang mengguyur sejak Senin (2/12/2024).
Sekitar pukul 06.00 WIB, air mulai merayap masuk ke dalam rumah warga. Awalnya hanya setinggi lutut, namun seiring berjalannya waktu, air dari Sungai Cimandiri yang meluap terus meninggi hingga akhirnya menenggelamkan rumah warga.
Ada sekitar 20 rumah yang terendam, namun alhamdulillah sejauh ini tidak ada korban jiwa maupun luka. Kerugian lebih pada materiil.
Proses evakuasi dilakukan secara mandiri oleh warga dengan bantuan relawan yang sudah berada di lapangan.
Bencana menerjang di sejumlah wilayah di Kabupaten Sukabumi, nyaris merata. Catatan terakhir yang diperoleh detikJabar, tercatat 10 orang meninggal dunia dan dua lainnya masih dalam pencarian akibat bencana alam di berbagai wilayah.
Berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Sukabumi, hingga Sabtu (7/12/2024) pukul 17.30 WIB, setidaknya ada 328 titik bencana yang tersebar di 39 kecamatan.
Deden Sumpena, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi, menjelaskan bahwa jenis bencana yang terjadi di tiap kecamatan sangat bervariasi, dengan tanah longsor, banjir, angin kencang, dan pergerakan tanah menjadi bencana utama yang merusak.
Di Desa Loji, Kecamatan Simpenan, tanah longsor dan pergerakan tanah berdampak pada rumah-rumah warga rusak dan sebagian tanah persawahan terkikis, membuat beberapa warga terpaksa mengungsi.
Di Desa/Kecamatan Ciemas tanah longsor membuat beberapa titik jalan utama terputus akibat longsor besar, menghambat akses transportasi. Lalu di Kecamatan Tegalbuleud banjir dan angin kencang berdampak di Desa Rambay dan Desa Bangbayan.
Lalu di Kecamatan Gegerbitung, Desa Karangjaya, beberapa rumah rusak akibat pergeseran tanah yang mempengaruhi pondasi bangunan. Di Desa Sirnasari, Kecamatan Pabuaran banjir besar yang terjadi akibat curah hujan yang sangat tinggi, ditambah longsor yang menutup akses jalan menuju desa.
Pemicu banjir bandang di Sukabumi dipastikan akibat pendangkalan sungai. Kementerian Pekerjaan Umum (PU) berupaya melakukan pengerukan terhadap sejumlah sungai di Sukabumi. 12 alat berat dikerahkan menormalkan berbagai sungai.
Dalam kunjungannya ke Sukabumi, Wakil Menteri PU Diana Kusumastuti menuturkan bahwa Hari ini (7/12) memang sengaja ke Sukabumi mempercepat mengatasi dampak bencana banjir dan tanah longsor. “Sejak hari pertama ditangani Kementerian PU melalui balai-balai. Ini ada dua bencana ya, yaitu banjir dan longsor,” terangnya.
Untuk banjir tadi ditinjau di sungai Cipelabuhan. Nah, Cipelabuhan itu ternyata terjadi pendangkalan dari sedimentasi. Pendangkalan sangat parah yang membuat sungai menjadi sangat dangkal. “Sehingga teman-teman dari BWS Sumber Daya Air ini melakukan pengerukan terhadap sungai,” urainya.
Menurutnya, pengerukan sungai sangat penting untuk memastikan bahwa air tidak meluap ke pemukiman penduduk. Dengan pengerukan potensi banjir akan berkurang. “Ini perlu dipahami semua,” jelasnya.
Sebelumnya di katakan ia menemukan terjadinya hutan gundul tepat di atas tanah longsor di Jalan Pelabuhan Ratu. Karena itu diduga tanah longsor yang terjadi diduga akumulasi dari hutan gundul dan hujan dengan intensitas tinggi.
Pantauan Jawa Pos, di Jalan Akses Pelabuhan Ratu hanya dalam radius sekitar 500 meter terdapat tiga titik longsor yang berbeda. Salah satu titik dengan tingkat kelongsoran paling parah tampak terdapat hutan gundul. Tampak potongan pohon tersisa yang begitu banyak.
Wamen PU Diana menjelaskan, bisa langsung dilihat di atas tanah longsor itu hutannya sudah gundul. Belum diketahui di atas sana menjadi sawah atau justru kepentingan lainnya. “Yang pasti ini lahan Perhutani,” urainya.
Pemerintah Kabupaten Sukabumi menetapkan status tanggap darurat bencana dalam sepekan ke depan pasca-bencana hidrometeorologi yang melanda daerah itu. Selain menetapkan status tanggap darurat,melihat dari skala bencana yang besar dan sebaran lokasi bencana yakni berada di 33 titik di 22 kecamatan.