Foto ilustrasi google
Oleh: Eka Susanti
Beberapa waktu belakangan ini kita sering kali disuguhkan dengan berita bencana alam dimana-mana, salah satunya berita bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Menurut dari laman berita (tirto.id, 05/12/2024), bencana banjir, tanah longsor, pergerakan tanah, dan angin kencang yang terjadi pada hari senin, tanggal 3 dan hari rabu, tanggal 4 Desember 2024 telah memporak-prandakan sejumlah daerah di Kabupaten Sukabumi. Dari laman berita (JawaPos.com, 07/12/2024), wakil Menteri PU Diana Kusumastuti sebelumnya menemukan terjadinya hutan gundul di atas tanah longsor di jalan Pelabuhan ratu, karena itu tanah longsor diduga terjadi karena akumulasi dari hutan gundul dan hujan dengan intensitas tinggi. Dari laman (KumparanNEWS.com, 05/12/2014), dampak banjir bandang terjadi di kampung Cieurih, Desa Datarnangka, Sagaranten, Sukabumi, Jawa Barat, dan telah memakan korban jiwa 3 orang tewas, serta banyaknya rumah yang hancur akibat banjir. Dalam laman (DetikJabar.com, 14/12/2024), Wakil Ketua DPR RI, Saan Mustopa menyebut jika tambang sebagai biang kerok banjir di Sukabumi, beliau mengatakan jika “perizinan tambang dan penebangan hutan yang beresiko merusak lingkungan harus dievaluasi ulang. Kita tidak bisa membiarkan bencana seperti ini terus terjadi akibat perusakan lingkungan”.
Berbagai bencana yang seringkali terjadi saat ini, tentu seharusnya kita perlu untuk dapat merenungi kembali bahwa kita sebagai manusia yang memiliki Sang Pencipta, apakah kita sudah menjalankan roda kehidupan ini sesuai dengan aturan-Nya, sehingga Dia tidak murka? Kita sering kali abai dan lalai terhadap aturan yang telah diberikan-Nya. Berapa banyak yang sadar akan tujuannya sebagai Umat Manusia yang dihidupkan dan diciptakan di muka bumi ini? Dari segala dampak bencana alam yang terjadi di atas, kita sebagai manusia tentunya juga harus bisa melihat ke belakang dan dapat berpikir kritis untuk bisa menyikapi permasalahan besar seperti ini. Sadar atau tidak, jika kita hanya terus dipusingkan dengan problema individualis, kita tidak akan bisa melihat sesuatu secara lebih luas. Perlu disadari, jika kita melihat sebab akibat dari segala bentuk bencana alam yang sering terjadi di Indonesia ini tidak terlepas dari tangan-tangan para penguasa yang mengelola sumber daya alam negeri ini. Membaca dari statement Wakil DPR di atas sebelumnya, dapat dipahami jika akibat dari pengurusan tambang yang tidak baiklah yang menyebabkan bencana banjir dan longsor, belum lagi permasalahan lahan atau hutan-hutan gundul yang menyebabkan karusakan alam ini terjadi. Sejatinya tidak ada lagi selain rakyatlah yang kembali harus menanggung rasa sakit dan dampaknya. Namun ketika bencana telah terjadi, kembali rakyatlah yang harus disalahkan, karena masyarakat tidak mau menjaga lingkungan, tidak menjaga kebersihan, pendidikan yang rendah, dan lain sebagainya. Padahal sejatinya permasalahan rakyat secara keseluruhan adalah pertanggungjawaban pemerintah. Namun hari ini, kehidupan rakyat benar-benar tidak dapat terjamin selama berada dibawah arus penguasa kapitalisme.
Sebagai manusia yang beriman kita perlu merenungi firman Allah Swt yang telah diturunkan-Nya:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di lautan akibat perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar.” (QS. Ar-Rum:41)
“Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy Syuura/42: 30).
“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Al-A’raaf/7: 96)