Oleh :Wa Ode Vivin (Aktivis muslimah)
Lagi dan lagi. Tiap tahun, bulan bahkan minggu negeri ini selalu dilanda bencana alam diberbagai daerah. Memasuki akhir akhir tahun, bencana alam melanda diberbagai wilayah. Beberapa daerah mulai terdampak akibat intensitas hujan yang tinggi mengguyur sehingga volume sungai meluap dan mengakibatkan banjir. Salah satu daerah yg terkena banjir adalah daerah Pandeglang.
Dilansir dari situs online kumparan news, Pandeglang terdampak banjir yang disebabkan oleh luapan Sungai Cilemer yang terjadi sejak Senin (2/12) tersebut merendam pemukiman warga setinggi 1-2,5 meter. Sehingga, akses jalan warga menjadi terbatas akibat putusnya jembatan dan sebanyak 202 warga harus mengungsi di posko darurat.
Pengulangan banjir yang sering terjadi merupakan bencana alam, kondisi cuaca yang ekstrem dan intensitas hujan yang tinggi dianggap sebagai penyebab banjir. Masyarakat yang terdampak, kembali menjadi korban.
Faktanya, penyebab banjir bukan sekadar faktor alam melainkan ada campur ulah tangan-tangan manusia, banyaknya pelanggaran syariat karena kehidupan tidak diatur dengan syariat yang benar (Islam).
Alam yang tadinya stabil menjadi tidak stabil sebab aktivitas manusia yang menggeser penopang siklus alami alam. Termasuk eksploitasi alam atas nama pembangunan. Kekayaan hutan yang dialihfungsikan menjadi daerah industri, sehingga berdampak pada lingkungan, karena dengan limbah dan polusi asap pabrik menjadikan efek rumah kaca. Belum lagi pembangunan pabrik-pabrik tekstil yang dibangun tepat dekat hunian rumah-rumah warga, sehingga banyak dampak kerugian yang dialami warga, selain polusi, juga banjir yang menjadi langganan di setiap musim penghujan.