Opini

Benarkah Ajakan Gemar Makan Ikan, Solutif untuk Turunkan Stunting

105

Tuti Sugianti

Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda terus menggencarkan upaya menurunkan angka stunting di Samarinda. Hal ini dikatakan oleh Rusmadi Wongso, Wakil Wali Kota Samarinda pada kegiatan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (GEMARIKAN) di Kampung Nelayan Maju Rawa Makmur, Kecamatan Palaran, Samarinda pada Selasa (26/11/2024).

Angka stunting sudah menunjukkan penurunan tetapi bukan berati tidak ada. Adanya stunting menunjukkan kurangnya  gizi karena faktor dominan kemiskinan. Kemiskinan terjadi karena sistem yang digunakan saat ini dan bukan hanya karena faktor individu.

Pertanyaannya, bagaimana mau gemar makan ikan jika masyarakat ttidak mampu membelinya? Selain itu, perlindungan keamanan ikan dari zat berbahaya juga minim. Mari kita cermati penyebab satu per satu persoalan stunting sehingga kita bisa menilai tepatkah program  Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (GEMARIKAN) bisa menangani stunting?

Menurut WHO, definisi stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi buruk kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang menjadi faktor penentu seorang balita berpotensi terkena stunting atau tidak. Menurut WHO, faktor lain yang menyebabkan stunting adalah faktor ekonomi, pendidikan ibu, ASI eksklusif dan berat badan lahir rendah. Stunting berpotensi besar terjadi pada keluarga miskin.

Berbicara faktor ekonomi, maka tidak terlepas dari kebijakan negara yang tidak memberi jaminan terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat dan penyediaan lapangan pekerjaan sehingga para suami bisa bekerja untuk mendapatkan harta untuk menafkahi keluarga. Tingginya harga kebutuhan pokok, mahalnya layanan umum (kesehatan, pendidikan, keamanan, transportasi), serta tingginya pajak bisa menjadi kendala utama keluarga Indonesia sulit untuk merasakan kesejahteraan. Akibatnya, ketahanan keluarga sangat sulit diwujudkan.

Walaupun antara kemiskinan dan stunting tidak selalu berkorelasi, kondisi ekonomi keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan lebih rentan dan berisiko mengalami stunting. Kemiskinan sangat erat kaitannya dengan pemenuhan gizi dan nutrisi seimbang bagi ibu dan bayi dengan harga terjangkau, akses dan layanan kesehatan, serta sanitasi yang layak dan air bersih.

Pemerintah memang tampak sudah berupaya mengentaskan kemiskinan, tetapi upaya tersebut rasanya sangat sulit. Negara hanya memberikan BLT, melakukan seminar-seminar, kredit usaha, dan lainnya, padahal upaya-upaya itu merupakan tambal sulam saja, yang tidak menyentuh akar masalah.

Pencegahan stunting dapat dilakukan melalui penyelesaian multidimensi.
Pertama, negara menyediakan infrastruktur kesehatan yang memadai bagi seluruh warga. Tidak boleh ada pembatasan akses layanan kesehatan bagi siapa pun. Orang kaya maupun miskin berhak terjamin akan kesehatannya, terutama ibu hamil dan balita. Dalam sistem pemerintahan Islam (Khilafah), akses dan layanan kesehatan diberikan secara gratis, baik dalam rangka pemeriksaan, rawat jalan, perawatan intensif, pemberian nutrisi tambahan, ataupun vaksinasi.

Kedua, negara menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat berupa sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan. Jika setiap kepala keluarga mudah mencari nafkah dengan kebijakan negara yang memberi kemudahan mendapat pekerjaan, para ayah tidak akan merasa waswas mencukupi kebutuhan pokok keluarganya.

Exit mobile version