Oleh Rizka Adiatmadja
(Penulis Buku & Praktisi Homeschooling)
Entah harus berapa banyak lagi rakyat menanggung derita? Segala beban dihadapi sendirian, jangankan hidup sejahtera di antara limpahan SDA, untuk sedikit jeda dari beban hidup pun sulit rasanya. Setiap kedipan mata, beban seperti tidak berlimit. Terus-menerus menyuguhkan sulit.
Semua terjadi karena pengelolaan kekayaan negara yang tidak ditangani oleh orang yang mumpuni dan bertakwa. Maka, perjalanan derita rakyat akan semakin panjang dan tak ada ujungnya.
Pajak mencekik, harga-harga naik, setiap hari dirundung paceklik. Maka, tak heran jika pelaku tindak kriminal semakin bertebaran. Penjara penuh berjejalan. Orang kaya semakin tanpa beban, kemiskinan meningkat signifikan. Harga BBM melambung tinggi, sebuah realitas dari kejamnya ironi negeri.
Dikutip dari megapolitan.kompas.com (11/08/24) – Banyak masyarakat mengeluhkan kenaikan harga BBM yang akan berdampak besar pada produk lain, yang pastinya ikut naik juga. Meskipun harga BBM yang naik adalah nonsubsidi Pertamax. Harga sebelumnya Rp12.950 menjadi Rp13.700.
Di momen dirgahayu kemerdekaan Indonesia, kita kerap bertanya-tanya, benarkah kita sudah merdeka? Sedangkan kesukaran hidup semakin membelenggu. Apakah kemerdekaan hanya cukup dalam euforia seremonial saja? Setelahnya kita dihadapkan pada realitas disforia yang semakin menggila.
Hakikat kemerdekaan adalah bebas dari penjajahan. Namun, faktanya hari ini rakyat Indonesia masih terpenjara oleh salah kaprahnya sistem kehidupan. Merdeka itu artinya memiliki keleluasaan untuk menjalankan syariat, tetapi kemerdekaan di segala bidang itu tidak ada.
Korupsi semakin tinggi, rakyat terus dikelabui. Bisnis riba menjamur, kesulitan semakin tak terukur. Semua keadaan harus dibeli dengan uang. Pendidikan, kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan pun hanya bisa dimiliki oleh orang-orang kaya. Bahkan untuk SDA jenis migas yang jelas-jelas milik umum pun, rakyat harus merogoh kantong lebih dalam lagi.
Meskipun BBM yang mengalami kenaikan adalah nonsubsidi, tetapi kenaikan tersebut tentunya akan berdampak banyak pada kondisi harga-harga lain. Rakyat akan terus-menerus terpuruk dan terbebani. Sedangkan yang diuntungkan hanya segelintir orang saja.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal; air, padang rumput, dan api. Dan harganya adalah haram.” Abu Sa’id berkata, “Yang dimaksud adalah air yang mengalir.” (HR. Ibnu Majah No. 2463, hadis sahih tanpa redaksi “Dan harganya haram” menurut Muhammad Nashiruddin Al Albani)