Oleh Sri Rahayu Lesmanawaty
(Aktivis Muslimah Peduli Generasi)
Dikutip dari Suara.com 21-07-2024, total sudah ada 110 orang tewas pada aksi mahasiswa di Bangladesh yang meminta kuota pekerjaan pemerintah, Sabtu (20/7/2024) waktu setempat. Saat ini berdasarkan berita yang dimuat NDTV, para Tentara Bangladesh berpatroli di jalan-jalan sepi di ibu kota Dhaka pada hari Sabtu dan memasang penghalang jalan selama jam malam. Bahkan, Layanan internet dan pesan teks telah dihentikan sejak Kamis, memutus hubungan negara ini dengan dunia luar ketika polisi menindak protes yang terus berlanjut meskipun ada larangan pertemuan publik.
Panggilan telepon luar negeri sebagian besar gagal tersambung, sementara situs web organisasi media yang berbasis di Bangladesh tidak diperbarui dan akun media sosial mereka tetap tidak aktif. “Menghapuskan negara berpenduduk hampir 170 juta orang dari Internet adalah langkah drastis, yang belum pernah kita lihat sejak revolusi Mesir tahun 2011,” kata John Heidemann, kepala ilmuwan divisi jaringan dan keamanan siber di USC Viterbi’s. Institut Ilmu Informasi, dikutip Minggu (21-07-2024). Selain korban jiwa, bentrokan tersebut telah melukai ribuan orang, menurut data dari rumah sakit di seluruh Bangladesh. Rumah Sakit Perguruan Tinggi Kedokteran Dhaka menerima 27 jenazah antara jam 5 sore. dan jam 7 malam. (1100-1200 GMT) pada hari Jumat.
Demonstrasi mahasiswa ini terjadi karena kekecewaan rakyat pada Hasina. Mahasiswa menuntut penghentian sistem kuota yang menyediakan 30% pekerjaan di pemerintahan untuk keluarga veteran perang saat kemerdekaan Bangladesh pada 1971 melawan Pakistan. Ini karena sistem kuota dianggap hanya menguntungkan pendukung Hasina.
Pasalnya, pada saat yang sama, rakyat kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Ada 32 juta anak muda yang menganggur. Meski ada lapangan pekerjaan di sektor swasta, tetapi bekerja di pemerintahan tetap menjadi dambaan karena dianggap lebih stabil dan menguntungkan.
Akumulasi kekecewaan rakyat terhadap pemerintahan Hasina dengan beleidnya yang tak anti krisis memunculkan demonstrasi puncak dari kebobrokan luar biasa yang terjadi di sana. Ketimpangan sosial di masyarakat, kondisi perekonomian yang buruk, dan tingginya korupsi, sebagai penyebab utama. 20 tahun memerintah Hasina tak mampu wujudkan kesejahteraan. Duka nestapa terus melanda.
Saat ini perekonomian Bangladesh mengalami berbagai krisis. Krisis bahan bakar, inflasi tinggi, rapuhnya sektor perbankan, menipisnya cadangan devisa, dan defisit perdagangan, menjadikan stabilitas ekonomi makro Bangladesh melemah.
Bangladesh mengalami tingkat inflasi yang sangat tinggi. Juni 2024 mencapai angka 9,72%. Harga BBM melejit. Dengan kondisi ekonomi yang kian buruk dan kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat, wajarlah jika protes rakyat terjadi secara massal.
Kapitalisme yang mendunia terus saja merangsek di berbagai belahan dunia. Multikrisis di Bangladesh adalah salah satu negara yang merasakan akibatnya.
Kesengsaraan demi kesengsaraan memunculkan ledakan dahsyat di tengah rakyat. Rakyat melawan. Mereka berontak. Mereka menuntut perubahan. Walhasil konflik antara rakyat dengan negara memunculkan korban jiwa.
*Islam Ciptakan Kebijakan yang Menyejahterakan*