Banjir Membutuhkan Solusi Tuntas, Dan Islam Jawabannya
Oleh : Rina Karlina
Beberapa waktu lalu kabupaten Bandung diguyur hujan yang cukup deras, sehingga mengakibatkan banjir. Dilansir dari detikjabar.com Hujan yang mengguyur wilayah Bandung malam hingga pagi menyebabkan sejumlah daerah banjir. Di Kabupaten Bandung, sedikitnya empat Kecamatan terendam.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, Uka Suska Puji Utama mengatakan, pihaknya masih mendata daerah mana saja yang terendam banjir. Namun laporan sementara, beberapa ruas jalan di beberapa kecamatan terendam. “Iya betul di beberapa titik sudah mulai tergenang, tapi laporan ke saya beberapa ruas jalan masih bisa dilewati,” ujar Uka, saat dikonfirmasi, Pihaknya menjelaskan saat ini BPBD telah mendata beberapa lokasi yang mengalami banjir. Pasalnya kondisi hujan telah terjadi sejak malam hari dan debir air kemungkinan masih bertambah. “Dari informasi detail sedang ditelusuri tapi kelihatan yang biasa tergenang banjir misal Bojongsoang, Baleendah, Dayeuhkolot dan Katapang sebagian sebagian tidak terlalu besar,” katanya. Rabu (11/9/2024)
Seiring datangnya hujan walaupun bukan musimnya, banjir selalu terjadi. Bahkan yang dialami beberapa waktu lalu hujan hanya 2 hari saja sudah terjadi banjir yang cukup parah. Berbagai upaya sudah dilakukan oleh pemerintah untuk mengantisipasi banjir akibat hujan turun, tetapi tidak membuahkan hasil. Ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak serius dalam menangani masalah tersebut. Bencana banjir yang sudah terjadi seharusnya dijadikan pelajaran dan peringatan, bahwa ada yang salah dalam tata kelola lingkungan alam yang dilakukan oleh manusia sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan yang cukup fatal.
Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan banjir berulang antara lain: Pertama, Intensitas hujan yang tinggi atau curah hujan yang ekstrem dalam waktu singkat. Kedua, Alih fungsi lahan. Seperti pembangunan infrastruktur dan pemukiman yang mengurangi lahan resapan air, sehingga air hujan tidak dapat meresap dengan baik ke dalam tanah. Ketiga, Sampah. Penumpukan sampah di sungai dan saluran pembuangan air yang menyumbat semakin memperparah banjir.
Bagi warga yang sudah terbiasa bahkan langganan banjir lebih memilih untuk bertahan ditempat tinggalnya. Disebabkan tidak adanya biaya untuk pindah rumah, bahkan mengharapkan bantuan dan solusi komprehensif dari pemerintah atas permasalahan yang serius ini.
Berbagai rencana pembangunan yang dilakukan oleh negara tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan dan kondisi rakyatnya membuat miris. Aktivitas manusia yang diakibatkan keserakahannya hanya demi mengejar materi, pembangunan dilakukan secara serampangan. Inilah model pembangunan ala kapitalisme yang hanya mengutamakan keuntungan dan abai atas dampak terhadap lingkungan dan tata kota secara keseluruhan. Negara telah gagal mewujudkan ruang inklusif bagi masyarakat.
Akibatnya, rakyat yang menjadi korban. Terjadi korban jiwa, rumah warga terendam, penduduk harus mengungsi. Setelah banjir, marak terjadi diare hingga jembatan roboh. Inilah fasad akibat pembangunan kapitalistik yang mengabaikan aturan Islam dan hanya memperturutkan hawa nafsu manusia untuk memperoleh keuntungan materi sebanyak-banyaknya. Sebagaimana Allah Swt. berfirman, “Telah tampak kerusakan di darat dan di lautan akibat perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar.” (QS Ar-Rum: 41).
Sungguh jauh berbeda dengan pembangunan di dalam Islam. Islam mengedepankan pembangunan yang ramah lingkungan, karena aspek keuntungan materi tidaklah menjadi tujuan satu-satunya dalam pembangunan Islam. Acuan kebijakan pembangunan dalam sistem Islam adalah kesesuaian dengan syariat Islam dan terwujudnya kemaslahatan rakyat. Dan Islam mampu memberikan solusi tuntas untuk memberikan kemaslahatan tersebut bagi rakyat, ketika umat setuju dan menginginkan adanya penerapan Islam Kaaffah.
Wallahu’alam bisshawab