Oleh Leha
(Pemerhati Sosial)
Penyaluran tabung gas elpiji 3 kilogram bersubsidi kerap menjadi masalah. Antrian warga sering berkumpul di beberapa pangkalan, mendekati momen hari besar keagamaan dan momen lainnya. Tidak hanya warga miskin, semua kalangan pun ikut membeli barang bersubsidi tersebut.
Tak mau terulang, pemkot mengupayakan penyaluran khusus bagi warga miskin melalui kartu pembelian gas LPG 3 kg. Pendataan warga miskin telah final di lokasi pilot project, Kelurahan Bukit Pinang Kecamatan Samarinda Ulu sebanyak 498 KK. Rencananya uji coba akan dilaksanakan Kamis (19/9) mendatang, menyasar 2 RT dengan target 75 KK warga tak mampu. (Sumber Kaltimpost 11/09/24)
*Kapitalisme Sumber Masalah*
Kebutuhan akan gas seharusnya menjadi hak setiap warga negara.
Semestinya pemerintah sebagai pengurus dan pelindung masyarakat tidak lalai menjamin kebutuhan masyarakat, termasuk kebutuhan gas. Namun nyatanya, pemerintah memposisikan layanan negara kepada rakyatnya seperti pedagang. Negara membedakan antara miskin dan kaya.
Negara memberikan subsidi gas elpiji 3 kg bagi masyarakat miskin, sedangkan bagi masyarakat kaya, negara menjualnya tanpa subsidi dengan harga berkali-kali lipat. Inilah gambaran sistem kapitalisme sekuler yaitu sistem yang memisahkan agama dari kehidupan sehingga negara melayani warga dengan setengah hati masih melihat untung rugi.
Padahal negeri ini kaya akan sumber daya alam dan energi (SDAE) tetapi pengelolaannya dikuasai oleh para kapitalis swasta, asing dan aseng. Sementara mayoritas rakyat tidak menikmati sumber-sumber ekonomi.
*Islam Solusi Hakiki*