Opini

Ancaman HIV/AIDS Di Jember Sebagai Kota Santri

190

Oleh; Naimatul-Jannah,

Aktivis Muslimah Asal Ledokombo Jember

Pasien HIV/AIDS di Kabupaten Jember menempati peringkat ketiga tertinggi di Jawa Timur, setelah Surabaya dan Sidoarjo. Hal itu disampaikan Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Jember dr Rita Wahyuningsih, saat dialog interaktif di studio RRI Jember, Senin (2/12/2024).

Menurut data yang tercatat sejak 2002, terdapat sekitar 8.000 pasien ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) di Jember. Namun, hanya sekitar 2.300 pasien yang aktif menjalani pengobatan hingga saat ini. Sementara itu, pada tahun 2024, tercatat sekitar 670 kasus baru dengan rata-rata 52 kasus per bulan.

“Jadi dari 8.000 pasien, hanya 2.300 yang menjalani pengobatan. Sementara sisanya, mengalami berbagai masalah, seperti belum memulai pengobatan, dropout, atau bahkan pindah tempat tanpa jejak,” kata dr Rita.

Selain kendala pengobatan, tingginya tingkat diskriminasi terhadap ODHA menjadi salah satu hambatan utama. Pasien yang enggan melanjutkan pengobatan karena takut terhadap stigma sosial, sehingga memilih untuk pindah tempat agar identitas mereka tidak terungkap.

Fenomena yang lebih mengkhawatirkan adalah tren penemuan kasus baru di kalangan remaja. Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember (UNEJ), Dewi Rokhmah, menyebutkan bahwa kelompok remaja kini menjadi kelompok yang paling banyak terinfeksi HIV.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh timnya, data menunjukkan adanya lonjakan yang signifikan dalam jumlah kasus baru di kalangan remaja. Penemuan ini, membuka mata banyak pihak mengenai pentingnya perhatian khusus terhadap perilaku remaja yang semakin berisiko.

Hal senada juga disampaikan Ketua Yayasan Laskar Jember, Nur Khamid, bahwa berdasarkan data yang ada, sebagian besar remaja yang terinfeksi HIV berasal dari kelompok yang terlibat dalam perilaku seks menyimpang. Beberapa di antaranya bahkan ditemukan pada usia 15-17 tahun.

Ini menunjukkan adanya peningkatan perilaku seks menyimpang yang tidak hanya terbatas di kawasan perkotaan, tetapi mulai menyebar ke daerah lain sejak 2023. Menurutnya, peningkatan ini semakin memperburuk penyebaran HIV di Jember, terutama di kalangan remaja. Dari pemetaan populasi pekerja seks perempuan (PSP) itu banyak terjadi di Jember Selatan. Kalau melihat lokusnya itu ada 67 titik kumpul. Perubahan perilaku yang kini lebih banyak dilakukan secara daring (online) semakin menambah tantangan dalam mengedukasi dan menjangkau kelompok rentan ini. (rri.co.id/jember)

HIV/AIDS adalah Penyakit Perilaku

Infeksi HIV/AIDS pertama kali ditemukan di kalangan gay San Fransisco, tahun 1978. Dan pada tahun 1981, kasus AIDS yang pertama ditemukan di kalangan gay ini.7 Selanjutnya AIDS merebak di kota-kota besar Amerika seperti New York, Manhattan juga di kalangan homoseksual. Inilah yang menjadi bukti bahwa penyakit berbahaya ini berasal dari kalangan berperilaku seks bebas dan menyimpang.

Selanjutnya, budaya seks bebas pula yang menjadi sarana penyebaran virus HIV/AIDS secara cepat dan meluas di Amerika hingga ke seluruh penjuru dunia. Peranan seks bebas dalam penularan HIV/AIDS ini dibenarkan oleh laporan survey CDC Desember 2002 dan hal ini semakin jelas terlihat dari pola penularan HIV/AIDS ke seluruh dunia.

/ Pola pertama /, ditemukan pada kalangan homoseksual, biseksual, dan pencandu obat bius. Ini terjadi di Amerika Utara, Eropa Barat, Australia, New Zealand dan sebagian Amerika. Hingga akhir tahun 2005 di Amerika Serikat, transmisi melalui kontak seksual tetap menempati urutan teratas (72%).

/ Pola kedua /, ditemukan di kalangan heteroseksual dan ini terjadi di Afrika Tengah, Afrika Selatan, Afrika Timur, dan beberapa daerah Karibia. Kasus AIDS pada daerah ini sejalan dengan adanya perubahan sosial dan maraknya industri prostitusi. Sementara pola ketiga ditemukan di Eropa Timur, daerah Mediteranian Selatan, dan Asia Pasifik. Di sini penularan terjadi melalui kontak homoseksual dan heteroseks.

Seks bebas sebagai sumber penularan pertama dan utama HV/AIDS, juga terbukti di Indonesia. Kasus AIDS pertama ditemukan di Denpasar, Bali yang merupakan surga bagi penikmat seks bebas. Penyakit ini ditemukan pada seorang turis Belanda dengan kecenderungan homoseksual yang kemudian meninggal April 1987.

Orang Indonesia pertama yang meninggal dalam kondisi AIDS juga dilaporkan di Bali, Juni 1988. Selanjutnya, Indonesia dikategorikan sebagai negara dengan epidemi HIV/AIDS terkonsentrasi pada kelompok perilaku seks bebas.10 Hingga sekarang kondisi ini terus berlangsung.

Exit mobile version