Opini

Akhiri Genosida Palestina dengan Jihad dan Khilafah

314
×

Akhiri Genosida Palestina dengan Jihad dan Khilafah

Sebarkan artikel ini

Oleh : Paramita, Amd. Kes

 

Teriakan “free free Palestine” menggema di seluruh dunia. Mulai dari Amerika Serikat, Eropa hingga Asia menyuarakan aksi solidaritas kepedulian mereka terhadap warga Palestina. Aksi tersebut menuntut agar Palestina segera dibebaskan dan penguasa negeri muslim bersatu mengirimkan tentara-tentara terbaik mereka untuk melawan zionis Israel.

Zionis Israel Biadab dan Zalim!

Biadab dan zalim! Itulah kata-kata yang pantas untuk disematkan kepada zionis Israel laknatullah. Sudah hampir 10 bulan genosida di Palestina belum ada ujungnya. Bahkan Israel tidak pernah menggubris kecaman dari berbagai pihak dan negara lain. Sampai pekan ini jumlah korban tewas diperkirakan tembus 35 ribu jiwa. Hampir separuh korban adalah perempuan dan anak-anak.

Entitas Yahudi terus menggencarkan serangan brutal dan membabi buta terhadap warga Gaza. Militer zionis beberapa hari lalu meluaskan wilayah serangan mereka hingga Rafah yang merupakan daerah terakhir yang menjadi penampungan untuk 1,5 juta warga Palestina.

Genosida yang ada di Rafah ini membuka mata dan hati dunia untuk membantu mereka. Gelombang demo besar-besaran terus meluas. Para akademisi turun ke jalan menunjukkan solidaritas terhadap warga Palestina. Mulai dari Amerika Serikat, Eropa hingga Asia. Seluruh mahasiswa unjuk rasa menuntut pemerintah dunia mengambil tindakan tegas agar Israel berhenti melancarkan operasi militernya ke Gaza. Mereka terus menyerukan gerakan agar perguruan tinggi melakukan divestasi dari perusahaan yang mendukung Israel. Mereka meyakini perusahaan-perusahaan itu mendukung dan mendanai serangan Tel Aviv di Gaza. Berikut beberapa aksi unjuk rasa bela Palestina yang digelar di seluruh dunia, di antaranya Amerika Serikat, Australia, Inggris, Prancis, India dan Kanada (CNBC Indonesia, 11 Mei 2024).

Koalisi masyarakat melakukan unjuk rasa di seberang Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jum’at (31/05/2024). Berdasarkan pemantauan kompas.com, puluhan anak muda telah berkumpul di lokasi sambil membawa isi tuntutan mereka yang ditulis tangan. Suara dan dukungan mereka terhadap Palestina ini ada yang ditulis dalam Bahasa Inggris. Misalnya, “LPDP boycott Ivy League”, “The United States Govt is complicit responsible for genocide”, “stop bombing civilian you moron!”. Beberapa koalisi masyarakat yang tergabung dalam unjuk rasa antara lain KontraS, Greenpeace dan YLBHI.

“Free free Palestine, free free Palestine,” seru massa dari seberang Kedutaan Besar Amerika Serikat, Gambir, Jakarta Pusat.

Poster-poster bertuliskan “All Eyes on Rafah” ditempel di beton pembatas jalan yang sudah dipasangi kawat berduri. Begitu pun dengan foto poster Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dengan mata tertutup. “From the river to the sea. Palestine will be free,” kata massa menyampaikan suara mereka. Selain menyampaikan solidaritas kepada masyarakat Palestina, massa juga menyerukan agar Amerika Serikat berhenti memasok senjata ke Israel (Kompas.com, 31 Mei 2024).

Aliansi bela Palestina juga dilakukan di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada hari Ahad, 02 Juni 2024 bersama hampir 200 kaum muslimin lintas komunitas, profesi dan organisasi. Menyuarakan kepedulian mereka terhadap saudara muslimnya di Palestina. Mengibarkan bendera dan panji Rasul Al-Liwa’ dan Ar-Rayyah sebagai pemersatu umat.

Genosida yang ada di Palestina tidak menemukan titik akhir. Sebenarnya apa yang menjadikan Palestina terus terkungkung dalam penjajahan ini? Padahal jumlah kaum muslimin sangatlah banyak, namun tidak bisa mengakhiri pembantaian.

Palestina dan Diamnya Pemimpin Dunia

Dunia saat ini tengah berduka. Tagar “All Eyes on Rafah” menjadi _trending topic_ di media sosial setelah serangan udara yang dilakukan Israel dan kebakaran yang terjadi di sebuah kamp pengungsian di Palestina di Kota Rafah, Gaza Selatan, awal pekan ini (BBCNews, 31 Mei 2024).

Telah nyata terjadinya genosida dan pembunuhan massal dengan banyak korban terbakar hidup-hidup. Anak-anak dan kaum perempuan yang berada di tenda pengungsian terbakar hingga meninggal. Mayat-mayat hangus dan anggota tubuh terpotong-potong ada di seluruh kamp pengungsi.

Mirisnya lagi, dunia menyaksikan itu namun hanya bisa diam. Tidak ada satu pun negara yang mampu menghentikan pembunuhan massal itu. Apakah jumlah kaum muslimin sedikit? Tidak. Jumlah kaum muslimin sangatlah banyak. Namun yang membuat kaum muslimin lemah adalah karena penguasa negeri-negeri muslim mengadopsi pembagian wilayah dengan sekat _nation-state_ (negara-bangsa) yang lahir dari racun nasionalisme. Paham nasionalisme dibuat oleh negara kafir penjajah untuk memecah belah kaum muslimin. Menjadikan kaum muslimin memiliki sifat individualis dan apatis terhadap masalah saudaranya.

Paham inilah yang menjadikan para pemimpin negara Arab dan penguasa negeri muslim diam seribu kata tanpa ada aksi nyata untuk membela muslim Palestina. Nasionalisme lah yang menjadi penghalang umat untuk menolong saudaranya. Ini sangat berbahaya jika terus dibiarkan bercokol di dalam jiwa kaum muslimin.

Sejak keruntuhan khilafah Utsmaniyyah pada tanggal 3 Maret 1924 yang dilakukan oleh Inggris melalui Mustafa Kamal Attaturk laknatullah ‘alaih, saat ini kaum muslimin dibagi hingga 50 negara bangsa. Tak mengherankan hidup kaum muslimin seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Terlantar dan tidak terurus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *